Reading
A N D A L U S I A
By Fissilmi Hamida
PROLOG
"Argh!"
Marah, kecewa, lara.
Lelaki bermata kebiruan itu membanting semua benda yang berada di dekatnya, termasuk merusak papan-papan ucapan selamat bertuliskan namanya, dan tentu saja nama sosok yang seharusnya hari ini menjadi pengantin wanitanya. Sayang, hingga lima jam berselang setelah waktu akad nikah seharusnya diucapkan, sang pengantin wanita tak datang.
--------
Happy Wedding.
DEAN EDWARD BEAZLEY & ALUNA MELODIA LEE.
--------
Sementara yang lain, hanya bisa membisu tanpa suara, membiarkannya melakukan apapun sebagai luapan kekesalannya. Ya, mereka tahu lelaki rupawan itu begitu terluka.
"Katakan padaku, di mana Aluna!" teriaknya, sembari mencengkeram erat pundak lelaki berdarah Korea yang seharusnya hari ini resmi menjadi ayah mertuanya. Lee Ki Young.
"Dean, maafkan kami, kami pun tidak tahu di mana Aluna. Kami ...."
"Bulshit!" Memerah mata Dean mendengarnya.
"Anda ayahnya. Kalian keluarganya. Mustahil kalian tak tahu keberadaan Aluna dan kenapa dia tak datang di hari pernikahannya!"
Senyap.
Tak ada seorang pun yang berani menatap.
"Ibu, ke mana Aluna. Anda pasti tahu di mana dia berada."
Kali ini Dean bersimpuh di hadapan sosok yang seharusnya hari ini menjadi ibu mertuanya.
Sayang, ia pun sama. Bibir tertutup rapat tanpa kata. Dean hanya mendapat jawaban berupa airmata dan isakan yang kian kentara, karena sungguh, ia pun tak tahu puteri semata wayangnya berada di mana dan apa yang sesungguhnya terjadi padanya.
Semalam, Aluna memberitahu jika ia hendak sejenak menemui seorang kawan. Sang ibu mengiyakan dan berpesan agar Aluna tak pulang ke hotel malam-malam. Keluarga Dean dan Aluna memang menginap di hotel yang sama di Bali. Hotel yang sama untuk tempat akad dan resepsi.
Sayang saat pagi tiba, Aluna tak kunjung muncul dari kamarnya. Gaun pengantinnya pun masih berada di tempatnya semula.
Entah. Tak ada yang tahu ada apa sebenarnya. Ponsel Aluna pun mati, tak bisa dihubungi.
"Lalu kenapa Ibu mengizinkan Aluna pergi? Kenapa Ibu tidak memberitahuku? Bagaimana jika itu hanya alasan agar Aluna bisa lari dari semua ini?"
Dean tertegun. Rasanya memang aneh jika Aluna sengaja lari. Sebab malam tadi, ia masih mengirimkan sebaris pesan yang membuat gelora di hati Dean kian menari.
"Bersabarlah sejenak, Cinta. Esok, kita akan berada di kamar yang sama, sebagai suami istri tentunya."
Begitu isi pesan Aluna malam tadi. Namun kini? Atau jangan-jangan, pesan manis malam tadi hanya pura-pura saja? Tapi ... bukankah selama ini baik-baik saja? Dean sangat mencintai Aluna, begitu pun sebaliknya. Cinta yang telah bersemi sejak mereka berdua masih menuntut ilmu di University of St. Andrews Skotlandia. Cinta yang mereka perjuangkan sejak Dean menyatakan keseriusannya di sebuah kafe di kota Paris nan begitu romantis.
Dean memejamkan mata, mencoba meredakan amarah yang kian menyesakkan dada.
"Dean, tenanglah dulu. Sebaiknya kita ...." Ayah Aluna mencoba meraih pundak Dean untuk menenangkannya. Namun Dean segera menepis dan bahkan menghardiknya.
"You guys go away! I don't wanna see you anymore!"
Dean kalap. Dia mengusir, mendorong semua keluarga Aluna. Mustahil rasanya jika tak ada satu pun dari mereka yang tahu di mana Aluna berada.
"Maafkan kami, Dean, kami ...." Ayah Aluna kembali berusaha memohon maaf atas kekecauan yang disebabkan oleh ketidak hadiran Aluna, namun Dean sigap memotong kalimatnya.
"Go the hell away! Pergi jauh-jauh dari hadapanku. Kalian semua sama brengseknya dengan Aluna! Pergi!"
"Plak!"
Satu tamparan mendarat di pipi Dean.
"Kamu boleh marah karena Aluna tidak datang! Tapi kamu tidak berhak menyebut kami brengsek karena kami memang tidak tahu di mana Aluna!" Ayah Aluna tak terima. Ia meninggikan suara.
Ya, hari itu, lebur sudah hati seorang anak manusia. Dekorasi serba putih yang menghadap langsung ke arah pantai pun berantakan bak baru saja terkena gempa, hancur bersama cinta yang selama ini ia jaga.
Keluarga Aluna pergi, tinggallah kini Dean berteman sepi, bersama beberapa keluarga yang untuk sekadar menghampiri saja mereka tak berani.
Semua hanya bisa menatap iba sosok Dean yang kini tampak melangkah ke beberapa jurnalis -baik lokal atau pun mancanegara- yang tengah membidik kamera mereka.
Para jurnalis itu tampak bersiap, khawatir Dean akan menghancurkan kamera mereka seperti Dean menghancurkan tempat untuk akad nikahnya.
"Arahkan kamera kalian padaku, biar dunia tahu bagaimana kelakuan perempuan kurang ajar itu!" kata Dean.
Mendengarnya, para jurnalis itu pun tersenyum penuh makna. Ya, ini akan menjadi berita besar bagi media mereka. Bagi jurnalis, seringkali bad news is a good news, kan? Bahwa berita buruk akan menjadi berita baik bagi mereka. Apalagi jika yang mengalami adalah public figure seperti Dean yang namanya terkenal di berbagai penjuru dunia.
"Hai, Aluna. Bahagiakah kau sekarang dengan apa yang kau lakukan? Jika kau menonton ini, aku hanya ingin kau tahu jika aku berterimakasih karena kau telah menghancurkan hidupku seperti ini. Terimakasih, Sayang. Semoga kau bahagia dengan yang telah kau lakukan!"
Ya, keesokan harinya, berita besar tersebar di berbagai penjuru dunia, bahwa Dean Edward Beazley, penulis kenamaan asal Inggris yang novel-novelnya sudah difilmkan, mengamuk di hari pernikahannya karena sang pengantin wanita tak datang.
PART 1 : A GUY WITH MAGIC WORDS
Tarian kata, rajutan manis aksara, memang seringkali mampu menghanyutkan siapa saja yang membacanya. Bahkan tak jarang, benih cinta tumbuh karenanya.
Di sebuah kamar di apartemen di daerah Recoletos, Madrid, seorang gadis tampak bersemu membaca novel yang mungkin sudah ribuan kali ia baca. Jendela kamar ia biarkan terbuka. Sengaja, berharap angin yang keluar masuk melaluinya mampu menyampaikan pesan kerinduan yang ia kirimkan.
"Wahai angin. Terbanglah kau ke Britania Raya. Sampaikan pesan rinduku padanya. Kau mengerti maksudku, kan?" Begitu bisiknya.
Gadis itu, Andalusia namanya. La Alhamra Andalusia. Indah sekali, bukan? Seindah wajahnya yang selalu tampak bersinar bak purnama.
Dinamakan demikian sebab ia lahir di taman Alameda de la Alhamra di Granada saat sang ibu yang tengah hamil tua melintas di sana.
Kembali menyoal tarian kata, Andalusia tengah mengalaminya. Ia jatuh cinta setengah mati pada sosok yang belum pernah ia temui, karena tarian kata sang pencuri hati mampu membuat hatinya dipenuhi bunga-bunga musim semi.
A Farewel to Hazel. Judul novel yang tengah dibacanya. Penulis kenamaan Inggris, Dean Edward Beazley yang menulisnya. Meski novel ini sudah difilmkan, namun Andalusia tak pernah bosan untuk membacanya. Lagi dan lagi. Tanpa henti. Sebab dengan membaca rangakaian kalimat yang berada di sana, Andalusia seolah bisa membayangkan seperti apa sosok penulisnya.
Ya, Andalusia jatuh cinta, teramat cinta hingga ia memikirkan berbagai cara untuk bisa bertemu pujaan hatinya.
Andalusia tersenyum penuh arti, lalu beringsut, berjalan perlahan pada sang ibu yang tengah asik menonton televisi.
"Ibu, Ibu mengizinkanku, kan?" tanyanya, memastikan lagi tentang hal yang malam tadi mereka sudah mendiskusikannya.
"Kenapa harus ke Inggris? Kenapa harus di University of Sheffield? Tak adakah universitas yang bagus di sini untukmu melanjutkan pendidikan lagi?"
Nyonya Alameda, ibu Andalusia, wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah tak lagi muda. Seorang engineer handal di perusahaan pesawat ternama.
Karena di University of Sheffield-lah cintaku berada, Ibu. Dean Edward Beazley, lelaki yang setiap hari menghiasi mimpi-mimpiku itu ada di sana, mengajar di jurusan yang akan kuambil untuk melanjutkan pendidikan S-2. Ini kesempatanku untuk bisa bertemu dengannya.
Dalam hati Andalusia bersenandika, sebab tak mungkin ia memberitahu sang ibu tentang alasan sebenarnya.
"Karena University of Sheffield adalah salah satu dari Russel Group Universities, Ibu. Salah satu dari universitas terbaik di Britania Raya," jelas Andalusia, sembari mengulum senyuman karena ada maksud yang ia sembunyikan.
"Pergilah, adikku. Kejar mimpimu. Jangan khawatir. Aku akan sering datang mengunjungi Ibu."
Sebuah suara mengagetkan mereka, membuat Andalusia dan sang ibu menoleh seketika. Sosok lelaki berpostur tinggi ada di sana. Al, kakak Andalusia.
Alcala de Henares nama lengkapnya. Dinamakan demikian karena dia lahir di kota Alcala de Henares, kota yang berjarak sekitar 22 mill dari kota Madrid. Alcala memang tidak tinggal bersama mereka. Ia tinggal di Sevilla dan bekerja sebagai engineer di sana. Sesekali tentu saja ia datang mengunjungi sang ibu dan adik tercinta, meski ia tahu, sang adik tak pernah menyukai kehadirannya.
Ya, sejak sang ayah meninggal di dalam penjara, hubungan Al dan Andalusia memang memburuk. Andalusia selalu beranggapan jika Al justru bahagia saat sang ayah divonis bersalah dan akhirnya dipenjara, lalu kemudian dua bulan kemudian meninggal di sana. Namun meski begitu, Al tetap menyayangi Andalusia. Sebab ia tahu, Andalusia membencinya karena tak tahu kebenaran kisahnya.
Biarlah, biarlah kini kau membenciku, Andalusia. Kelak ketika kau tahu kebenarannya, kau akan kembali menyayangiku seperti sebelumnya.
Bisik hati Al, demi melihat wajah Andalusia yang tiba-tiba masam setelah melihat kehadirannya.
"Izinkan dia, Bu. Dia akan baik-baik saja," ucap Al lagi yang langsung memeluk dan mencium pipi sang ibu.
"Kakak tidak perlu bersikap sok pahlawan!" sungut Andalusia.
Ia sungguh tak suka Al ikut membantunya. Namun meski begitu, sejujurnya ada lega di sudut hatinya, sebab sang ibu tidak akan begitu kesepian jika ia nanti melanjutkan pendidikan ke Britania Raya.
"Baiklah, Nak. Jika memang sudah bulat tekadmu, maka kuizinkan kau mengejar mimpimu. Ibu merestuimu," ucap sang ibu yang langsung disambut dengan pelukan bahagia dari Andalusia.
Tarian kata, seringkali ajaib menjerat siapa saja yang membacanya. Andalusia yang tengah berbahagia, kembali ke kamar dengan terus memeluk dan menciumi novel A Farewel to Hazel yang sedari tadi dipegangnya.
Merebahkan badan, jemari Andalusia membuka halaman awal novel itu. Ada foto seorang lelaki rupawan di sana. Sengaja ia ambil dari google dan ia cetak sebagai pelipur kerinduan yang menggelora.
Absurdnya cinta memang sering tak bisa dinalar logika. Bagaimana bisa seseorang jatuh cinta karena pesona tulisan yang dibacanya? Namun itulah yang kini dialami Andalusia.
Ia bangkit dan mendekat ke jendela. Dibelainya foto itu dengan penuh cinta, sembari kembali hatinya bersenandika.
Dean Edward Beazley. Tunggu aku. Aku akan segera terbang dari Spanyol ke Inggris untuk menemuimu. Semoga sosokmu seromantis rangkaian kalimat di novel-novelmu.
Dean Edward Beazley.
Aku mencintaimu.
B E R S A M B U N G
====================
Lanjut nggak nih?
Bagaimana kelanjutannya?
Akankah Andalusia berhasil mengejar cinta sang penulis? Ataukah justru kisahnya akan berakhir dengan tragis?
Dan hey, ke mana sebetulnya Aluna?
Kenapa Aluna tak hadir di hari pernikahannya?
PART 2 : BROKEN HEART
a guy with magic words
andalusia fissilmi hamida
fissilmi hamida
novel andalusia part 1
prolog novel andalusia
0 komentar:
Posting Komentar